maritimdotid@gmail.com
ASPEKSINDO

Puluhan Lembaga Sulsel Tanam 1000 Bibit Mangrove di Pesisir Maros Cegah ROB-Abrasi

$rows[judul] Foto: Penanaman 1000 bibit mangrove di Kabupaten Maros memperingati Hari Mangrove se-Dunia. (Istimewa)

Maros - Sebanyak 27 lembaga, komunitas, dan NGO di Sulawesi Selatan (Sulsel) memperingati Hari Mangrove se-Dunia dengan menanam 1000 bibit pohon bakau di Dusun Binanga Sangkara, Desa Ampekale, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros, Jumat (27/7/2024). Penanaman mangrove itu adalah upaya jangka panjang yang bertujuan untuk mencegah banjir rob (banjir pasang yang kerap melanda wilayah pesisir) dan abrasi.

“Masalahnya di sini terkait banjir rob, abrasi dan juga penebangan. Kami menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk melestarikan lingkungan dengan cara menanam mangrove,” ujar warga setempat yang juga Ketua Kelompok Makkawaru, Abdul Mutalib alias Talib kepada Maritim.news.

Talib menyebut masyarakat di sekitar lokasi penanaman itu telah menyadari manfaat mangrove. Ia juga mengaku telah memiliki jadwal tertentu untuk melakukan penanaman.

“Sebenarnya bebas saja untuk menanam, tetapi masyarakat di sini selalu mengusahakan penanaman itu kami laksanakan antara bulan April dan Mei. Di waktu ini bagus,” ujar dia.

“Kalau bicara mangrove kan banyak jenisnya, cuman yang cocok untuk pesisir Binangasangkara itu jenis rhizophora stylosa. Dalam satu musim kami hanya menanam satu kali, biasanya 30.000-an bibit,” ungkap Talib.

Sementara itu, Inisiator penanaman 1000 bibit mangrove, WALHI Sulsel menyebut penanaman di Binangasangkara untuk membantu warga setempat mencegah dampak negatif gelombang tinggi air laut. Di sisi lain, akar mangrove juga menjadi tempat berkembangbiaknya biota laut sehingga membuka peluang dampak ekonomi warga.

“Kita memilih menanam di desa itu karena memang disitu masih butuh penanaman mangrove. Kedua, memang WALHI sudah pernah bersentuhan atau kenal dengan masyarakat disana. Selain itu memang masyarakat di desa ini memang sudah sadar dengan manfaat mangrove bagi kehidupan mereka khususnya di dusun itu (Binangasangkara). Mereka sadar bahwa mangrove itu sangat penting selain sebagai tempat mencari hasil laut, juga melindungi pemukiman mereka. Mereka sadari semua itu maka dari itu kita membuat salah satu gerakan untuk memperkuat masyarakat pesisir, agar pesisir selamat dari ancaman-ancaman yang akan dihadapi,” papar Ketua Departemen Eksternal WALHI Sulsel, Rahmat Kottir.

Saat ditanyai soal tindak lanjut penanaman, Kottir menyebut masyarakat setempat, termasuk Kelompok Makkawaru akan memonitoring tanaman secara berkala. Termasuk, kata dia, perlunya masyarakat setempat melakukan penyulaman jika ada pohon mangrove yang mati.

“WALHI Sulsel akan memantau dari luar, karena masyarakat disana sudah sadar pentingnya mangrove. Jadi pemantauan langsung di lapangan tentang perkembangan dan tumbuh kembang mangrove yang kita tanam akan diakomodir masyarakat,” ujar dia.

Di tempat yang sama, salah satu peserta dari Green Youth Movement, Yohanes mengakui keterlibatannya dalam penanaman itu melalui ajakan kolaborasi dari WALHI Sulsel. Ia lalu bicara soal lokasi penanaman yang menjadi home base pelestarian mangrove di Maros.

“Inisiator kegiatan ini WALHI Sulsel berkolaborasi dengan teman-teman lembaga dan komunitas serta individu di Maros. Soal kenapa mangrove dan kenapa di sini, karena Binanga Sangkara adalah wilayah pesisir Maros yang masyarakatnya sadar melestarikan mangrove untuk menghindari berbagai bencana di wilayah pesisir,” kata Yohanes.

Ia juga mengungkapkan pengalamannya menyaksikan warga lokal dalam menjaga pesisir. Menurut Yohanes, pelestarian mangrove di tempat itu telah berlangsung sejak lama.

“Warga lokal menjaga mangrove di sini menggunakan pengetahuan lokal, jadi konservasinya masih terjaga sampai hari ini. Kedepan, kelompok nelayan, termasuk juga kami di lembaga dan komunitas akan melakukan pemantauan setiap bulan, untuk memastikan mangrove yang kita tanam hari ini tetap hidup,” tandas dia.


Sebelumnya, pantauan di lokasi, Talib memaparkan petunjuk teknis penanaman mangrove. Termasuk, penanaman mangrove di pesisir Binanga Sangkara tidak menggunakan bantuan bambu tancap karena serbuknya bisa mengganggu pertumbuhan tanaman.

Selain itu, Talib juga bercerita bahwa mangrove yang berukuran besar di wilayah itu telah ada sebelum ia lahir. Karena itu, ia merasa bertanggungjawab untuk melanjutkan pelestarian mangrove itu karena telah memperoleh manfaat besar selama ini.

Tulis Komentar

(Tidak ditampilkan dikomentar)