maritimdotid@gmail.com
ASPEKSINDO

PPK Ormawa LKIM-PENA Unismuh Gandeng Pemdes Tanakeke Tanam 1.000 Mangrove untuk Lawan Abrasi dan Banjir Rob

$rows[judul] Foto: PPK Ormawa LKIM-PENA Unismuh Makassar di Pulau Tanakeke. (Istimewa)

Takalar - Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa) Lembaga Kreativitas Ilmiah Mahasiswa Penelitian dan Penalaran (LKIM-PENA) Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar bersama Pemerintah Desa (Pemdes) Tompotana, Takalar, Sulawesi Selatan (Sulsel) dalam upaya pelestarian mangrove. Agenda penanaman 1.000 bibit pohon mangrove ini bertujuan untuk memperkuat wilayah pesisir di Tanakeke yang kian menyusut akibat alih fungsi lahan dan penebangan liar.

Pelestarian mangrove menjadi agenda krusial dalam menghadapi perubahan iklim dan mitigasi bencana di wilayah pesisir, khususnya Pulau Tanakeke. Pasalnya, hutan mangrove di Tanakeke mengalami degradasi akibat alih fungsi lahan, Hal ini menjadi ancaman serius bagi ekosistem dan kelangsungan hidup masyarakat pesisir.

"Konservasi mangrove efektif untuk menahan abrasi dan ekosistem laut. Keberadaan mangrove tentu saja akan membantu mencegah pemanasan global atau efek rumah kaca yang dapat berimbas pada perubahan iklim yang ekstrim," ucap Ketua Bidang Pendidikan dan Pelatihan LKIM-PENA, Roslinda Rabu, (10/7/2024) saat dikonfirmasi Maritim.news.

Warga Tanggapi Soal Maraknya Penebangan Mangrove

Salah satu Warga Pulau Tanakeke yang namanya enggan disebutkan mengakui alih fungsi lahan dan penebangan mangrove untuk tambak dan arang memang menggiurkan secara ekonomi. Namun, mereka kini merasakan dampak negatifnya, seperti berkurangnya jenis ikan dan turunnya daratan akibat abrasi.

"Dulu mangrove di Tanakeke itu banyak sekali sampai ada suatu kelompok (Pebisnis Nakal) yang datang ke sini sosialisasi mengajak mengubah hutan mangrove jadi tambak supaya jumlah ikan semakin banyak. Akhirnya kami tergiur untuk menambah pendapatan, tapi sekarang hasilnya jenis ikan berkurang, hanya tersisa jenis ikan yang murah saja. Lebih parahnya daratan kami semakin turun tiap tahunnya," ungkap Warga Tanakeke.

Selain alih fungsi lahan, warga juga tergiur memanfaatkan batang pohon mangrove untuk dijadikan arang karena harganya cukup tinggi. Pembuatan arang menjadi mata pencaharian sampingan warga setempat.

"Kami juga diajak memanfaatkan batang pohon mangrove menjadi arang. Harga arang per karung bisa mencapai Rp 100.000 - Rp 150.000 sehingga pada saat itu kami tertarik menjadikannya mata pencaharian sampingan," pungkas dia.

Terpisah, Ketua Umum LKIM-PENA, Wawan Anggara menilai penebangan mangrove secara besar-besaran di Tanakeke mengakibatkan hilangnya biota laut dan penurunan hasil tangkapan ikan yang berimbas pada ekonomi masyarakat. Kendati demikian, PPK Ormawa LKIM-PENA berupaya mengembalikan hutan mangrove dan mengedukasi masyarakat setempat tentang pentingnya pelestarian mangrove.

"Penanaman 1.000 mangrove kemarin merupakan langkah awal kami, selanjutnya masih akan ada program yang akan kami bawa ke Tanakeke sebagai upaya menyelamatkan hutan mangrove. Kami sangat optimis akan hal tersebut. Kepedulian kita ini akan sangat berarti kedepannya. Ingat, there is no planet B," beber Wawan.

Lebih lanjut, Wawan mengungkapkan koleganya sedang menjalin komunikasi dengan dinas terkait di Kabupaten Takalar dan lembaga peduli lingkungan seperti Blue Forest untuk menyelamatkan mangrove Tanakeke. Dia berharap, mangrove di Tanakeke rimbun kembali setelah beberapa tahun.

Hal itu diharapkan dapat memberikan manfaat ekologis dan menjadi sumber pendapatan baru melalui ekowisata mangrove. "Kami pun sangat berharap hutan mangrove Tanakeke bisa selebat hutan mangrove Tongke-tongke yang ada di Sinjai sehingga tidak hanya memberikan kebermanfaatan dari sisi ekologi, tetapi juga dapat menjadi sumber pendapatan baru dalam hal ini ekowisata mangrove," tandas dia.

Tulis Komentar

(Tidak ditampilkan dikomentar)