maritimdotid@gmail.com
ASPEKSINDO

Fasilitator Desa Binaan Yayasan Hadji Kalla di Sulbar Beberkan Perkembangan Warga DampinganWarga Desa Patambanua Mulai Kembangkan Komoditi Jagung dan Cabai

$rows[judul] Foto: Warga Desa Patambanua bersama Fasilitator Pendamping Desa dari Yayasan Hadji Kalla. (Istimewa)

Polman - Fasilitator Desa Binaan Yayasan Hadji Kalla di Desa Patambanua, Kec. Bulo, Kab. Polman, Sulawesi Barat (Sulbar), Jabal Nur membeberkan perkembangan aktivitas warga dampingannya. Saat ini, warga desa telah melalui pelatihan pemberdayaan pertanian dan telah memulai mengaplikasikannya pada penanaman komoditi jagung dan cabai.

“Khusus pelatihan Peningkatan Taraf Ekonomi Masyarakat Melalui Program Pemberdayaan di Bidang Pertanian itu sudah jalan. Sebanyak 15 orang yang mengikuti pelatihan budidaya jagung, dan 20 orang budidaya cabai. Setelah pelatihan, semua peserta difasilitasi lahan seluas 1 hektare, dan setiap peserta masing-masing menanam di lahan demplot yang sudah dipetakan,” ujar Jabal Nur kepada Maritim.news, Senin (29/7/2024).

Sebelumnya, kata Jabal, pendampingan desa itu diawali dengan observasi kebutuhan warga setempat. Salah satu unsurnya adalah mengenali potensi ekonomi yang bisa dikembangkan.

“Di Desa Patambanua ini memiliki banyak potensi, khusus aspek ekonomi, ditemukan jenis pemberdayaan yang bisa dilakukan di bidang pertanian. Hasil observasinya itu diwujudkan dalam bentuk pelatihan dan pendampingan, mulai dari masa tanam hingga panen,” ungkap Jabal.

Jabal menyebut pelatihan itu menyasar masyarakat yang berstatus lemah secara ekonomi. Sementara, pendamping penanaman hingga panen menghadirkan praktisi pertanian lokal.

“Target sasarannya itu masyarakat desa yang tingkat kemiskinan ekstrimnya diatas 50 persen. Rata-rata tidak lulus Sekolah Dasar dan masuk kategori asnaf,” ucap Jabal.

“Ada dua orang yang mendampingi peserta pelatihan, khusus komoditi jagung, Yayasan Hadji Kalla menghadirkan Kepala Badan Penyuluh Pertanian BPP Kecamatan Bulo Sumanto Pasally. Satu praktisinya lagi itu penyuluh dari BPP Bulo bernama Saparuddin. Keduanya ini tidak hanya mendampingi di forum pelatihan, tapi juga di lapangan, termasuk lokasi-lokasi lahan demplot warga yang ikut pelatihan,” imbuh dia.

Namun, Jabal menyebut jika pelatihan yang diberikan kepada peserta hanya berlangsung sekali. Selebihnya, pendampingan praktisi pertanian dilakukan di lapangan.

“Ahli dan praktisi ini mendampingi selama empat hingga enam bulan. Tapi pertemuan resmi itu hanya tiga kali, sekali di forum berupa penyampaian materi dan teori, dan dua kali pendampingan lapangan,” kata dia.

Lebih dari itu, Jabal menyebut Yayasan Hadji Kalla juga memfasilitasi peserta dengan bahan dan alat-alat pertanian. “Kalau fasilitas untuk peserta itu banyak sekali, mulai dari benih, beragam pupuk dan racun. Warga juga diberi pompa pertanian, waring, sprayer, mulsa, plastik UV, patoran dan masih banyak lagi,” ungkap Jabal.

Namun, Jabal belum bisa memastikan program itu telah maksimal atau tidak. Sebab, evaluasi hasil pelatihan baru akan dilakukan di akhir tahun 2024.

“Tanda perkembangan yang bisa diukur adalah peningkatan kapasitas peserta (ilmu pengetahuan) karena fasilitator juga melakukan pre dan post test saat program pelatihan berjalan. Saat ini masih pelatihan dan pendampingan, hasilnya itu baru bisa diperoleh pada Desember nanti,” ujar dia.

Selain itu, Jabal menyebut program lainnya yang akan diimplementasikan ialah pelatihan di bidang lingkungan. Rencananya, program ini akan melibatkan 40 orang warga desa.

“Kalau program ini kita sudah observasi juga, termasuk rencana pembenahan di pinggir sungai. Arahnya adalah reboisasi untuk mengantisipasi titik-titik longsor di bantaran sungai. Program itu juga akan diselingi dengan pelatihan mitigasi bencana, termasuk bahaya longsor,” tandas dia.


Sementara itu, salah satu warga Desa Patambanua bernama Rahman alias Ramang mengaku sangat bersyukur telah mendapatkan ruang pelatihan. Ia menyebut aktivitas bertaninya selama ini hanya mengandalkan pengalaman.

“Kami merasa bersyukur dengan kehadiran program Yayasan Hadji Kalla di kampung kami, padahal banyak desa di Polman, tapi desa kami yang dipilih. Alhamdulillah, setelah dua program ekonomi ini berjalan, kami mendapatkan banyak ilmu baru yang belum pernah kami dapat. Selama ini hanya mengandalkan pengalaman,” ujar Ramang.

Ia juga berterima kasih kepada fasilitator yang kehadirannya di desa itu membantu anak-anak mereka belajar mengaji. Karena itu, ia berharap agar program Yayasan Hadji Kalla berefek jangka panjang, termasuk pengentasan kemiskinan di desa itu.

“Selain di bidang ekonomi, kami juga sangat bersyukur dengan adanya pembinaan di bidang keagamaan, anak-anak kami dapat belajar TPA secara gratis, dan ibu-ibu bisa aktif di kegiatan majelis ta’lim. Saya berharap dengan adanya program dari Yayasan Hadji Kalla ini dapat memberikan kontribusi nyata ke masyarakat Desa Patambanua dalam meningkatkan taraf hidup,” tutup dia.

Tulis Komentar

(Tidak ditampilkan dikomentar)