maritimdotid@gmail.com
ASPEKSINDO

Predikat Kota Bahagia Makassar Disoal WALHI Sulsel: Ironi, Warga Masih Sulit Akses Air Bersih

$rows[judul] Foto: Warga di Kecamatan Tallo, Kota Makassar saat membeli air bersih. (Istimewa)

Makassar - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Sulawesi Selatan (Sulsel) mengkritik penobatan Makassar sebagai salah satu kota paling bahagia di dunia. Sebab, Beberapa waktu terakhir, ribuan warga di Kota Makassar kesulitan mengakses air bersih.

"Kami juga tidak tahu apa indikator yang menentukan kenapa Makassar bisa menjadi salah satu kota paling bahagia di dunia. Kontras dan ironi, kita melihat penobatan kota paling bahagia sementara masih ada ribuan warga yang kesulitan mendapatkan akses air bersih," ungkap aktivis WALHI Sulsel, Hikmah kepada Maritim.news, Sabtu (7/7/2024).

Hikmah menilai, akses air bersih merupakan kebutuhan dasar, termasuk bagi penduduk Kota Makassar. Ketidakmampuan Pemkot Makassar menyediakan akses air bersih bagi seluruh warga merupakan ironi di tengah predikat kota paling bahagia.

WALHI Sulsel Dorong Pemkot Makassar Diskusi bersama Warga

Walhi Sulsel bakal melakukan riset krisis air bersih di Kota Makassar. Hikmah mendorong Pemkot Makassar membuka ruang diskusi bersama masyarakat.

"Kami dari WALHI Sulsel sebagai perpanjangan tangan masyarakat mendorong pemerintah untuk ikut berdiskusi bersama warga. Kami sudah mencoba audiensi dengan pemerintah namun sampai hari ini belum direspon," tambahnya.

Ia mendesak Pemkot Makassar agar memaksimalkan distribusi air bersih dari PDAM kepada masyarakat. Termasuk daerah rawan krisis air seperti Kecamatan Tallo.

"Solusi yang paling preventif itu datangnya dari pemerintah sebagai pengelola semua akses atau pokok-pokok kebutuhan masyarakat. Pemerintah harus terbuka dalam artian ada penyampaian informasi kepada masyarakat tentang masalah inti mengapa masih ada beberapa daerah kesulitan mengakses air," tandas Hikmah.

Warga Tallo Andalkan Sumur Bor dan Beli Air

Hikmah mengungkapkan salah satu daerah yang terdampak parah adalah Kecamatan Tallo, Kota Makassar. Di tempat itu, warga tak lagi kebagian air bersih PDAM selama 20 tahun terakhir.

“Yang terjadi di area Tallo itu kan hampir semua mengandalkan sumber air bersihnya dari sumur bor atau air tanah, dalam kurun waktu lebih 20 tahun mereka tidak lagi mendapatkan air bersih PDAM di rumah-rumah mereka," ujar Hikmah.

"Jadi kalau kondisinya seperti itu kita bisa melihat pemerintah betul-betul harus punya perhatian terhadap daerah-daerah yang sama sekali tidak bisa mengakses air bersih khususnya PDAM," tambah Hikmah.

Parahnya, warga Tallo yang mengandalkan air tanah kelimpungan saat musim kemarau tiba. Sebab stok air sumur bor berkurang drastis.

"Kondisi ini membuat sebagian besar warga yang tinggal di sana menggunakan sumber air lain seperti sumur bor, atau beli sumber air lainnya hingga mendadak sumur. Akan tetapi kondisi ini tidak selamanya stabil, misalnya pada musim kemarau," kata dia.

Disisi lain penggalian sumur juga diperhadapkan dengan aturan yang pelik. "Ada aturan bagaimana orang-orang yang mau membuat sumber air dari sumur bor. Tidak langsung sebebas itu melakukan pengeboran," ungkap Hikmah.

Karena itu, ia mendesak Pemkot Makassar agar mengalirkan air PDAM ke wilayah Tallo. Termasuk, kata dia, Pemkot Makassar harus kerja ekstra memaksimalkan penyediaan air di semua wilayah.

"WALHI Sulsel menilai penanganan untuk daerah-daerah yang belum bisa mengakses air bersih belum maksimal hingga hari ini, karena daerah-daerah itu kurung waktunya sudah sangat lama tidak mendapatkan solusi akses air bersih" tandas dia.

Sebelumnya, Berdasarkan Happy City Index 2024, Makassar menduduki peringkat 234 dari 250 kota bahagia di dunia, menempatkannya dalam kategori Bronze Cities. Kota ini bersaing dengan Gdansk (Polandia), Barcelona (Spanyol), Toulouse (Prancis), Kuala Lumpur (Malaysia), Madrid (Spanyol), dan Wuhan (China) dalam kategori tersebut.

Di Indonesia, Makassar keluar sebagai peraih predikat Kota Paling Bahagia mengalahkan kota-kota lain.

Tulis Komentar

(Tidak ditampilkan dikomentar)