maritimdotid@gmail.com
ASPEKSINDO

PPK Ormawa LPM Penalaran UNM Sasar Remaja Perempuan Romanglompoa Jadi Pelopor Pencegah Perkawinan Anak

$rows[judul] Foto: Suasana pemaparan Program oleh Tim PPK Ormawa LPM Penalaran UNM. (Istimewa)

Gowa - Tim Pelaksana Program Penguatan Kapasitas Organisasi Mahasiswa (PPK Ormawa) Lembaga Penelitian Mahasiswa (LPM) Penalaran Universitas Negeri Makassar (UNM) sukses menyelenggarakan Seminar Program Sekolah Perempuan di Kelurahan Romanglompoa, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel), Kamis (13/6/2024). Tim PPK Ormawa LPM UNM memaparkan sejumlah program yang akan mereka laksanakan di tempat itu sekaitan dengan pemberdayaan remaja perempuan.

"Kami memaparkan program Sekolah Perempuan, tujuannya adalah untuk menghimpun remaja perempuan di Romanglompoa sebagai pelopor edukatif," ujar Ketua Tim PPK Ormawa LPM Penalaran UNM, Azidsul.

Awalnya Azidsul dan tim melakukan penelusuran ke Romanglompoa setelah menerima informasi dari pihak kelurahan soal tingginya angka perkawinan anak di daerah itu. Mereka menemukan sejumlah alasan dari warga setempat, salah satunya adalah kasus perjodohan anak.

"Kami tertarik membuat program di tempat itu setelah memperoleh informasi dari pihak kelurahan tentang tingginya angka perkawinan anak. Banyak penyebabnya, mulai dari kehamilan yang tidak diinginkan (hamil di luar nikah), perjodohan anak, putus sekolah, dan keinginan anak sendiri," papar Azidsul.

Karena itu, dia berkesimpulan untuk menjalankan program kecakapan hidup dalam bentuk sekolah perempuan. Nantinya, ia akan merekrut 48 remaja perempuan masing-masing perwakilan tiap RT di Romanglompoa.

"Ada empat fokus utama program sekolah perempuan, yakni kelas basic skill, career planning dan motivasi bersekolah, komunikasi asertif dan kesehatan reproduksi," ujar Azidsul.

Dia lalu menjelaskan basic skill berisi tentang cara untuk menyadarkan masyarakat tentang regulasi dari pemerintah terkait perkawinan anak. Di sisi lain, perkawinan anak juga berdampak pada buruk pada sisi ekonomi keluarga.

"Ada aturan yang tidak membolehkan anak dibawah umur 18 tahun untuk melangsungkan pernikahan, salah satunya status perkawinan tidak terdaftar di KUA. Selain itu, juga berdampak pada ekonomi keluarga, sebab terkendala pada keterangan status perkawinan," kata Azidsul.

Sementara itu, komunikasi asertif difokuskan pada peningkatan kapasitas remaja perempuan yang telah dipersiapkan sebagai pengelola lembaga. Selain kecakapan berbicara, juga kemampuan membaca kondisi yang tepat untuk mendiskusikan persoalan perkawinan anak.

"48 perempuan perwakilan RT ini akan dilatih khusus kemampuan public speaking, kami akan memandu jalannya kegiatan itu, dan akan menghadirkan beberapa narasumber yang kompeten, termasuk pihak pemerintah," ungkap dia.

"Juga perlu membelajarkan kepada para pelopor pencegah perkawinan anak untuk memahami kebudayaan masyarakat setempat, agar saat mengedukasi, tidak dianggap menggurui, dalam istilah umum, menggarami lautan," tambah Azidsul.

Nantinya, remaja perempuan Romanglompoa yang telah tergabung dalam lembaga pelopor juga akan mengedukasi remaja soal perencanaan karir (career planning). Agar aktivitas remaja di daerah tersebut lebih terarah.

Namun, yang paling penting, kata Azidsul, akar persoalan perkawinan anak adalah kurangnya pemahaman tentang kesehatan reproduksi. Sehingga, masyarakat di daerah itu merasa enteng saat anaknya hendak dinikahkan.


Terpisah Lurah Romanglompoa, Muh Arif berterimakasih kepada Tim PPK Ormawa LPM Penalaran UNM yang telah memilih daerahnya sebagai tempat pengabdian. Ia berharap, program yang akan dilaksanakannya itu juga menyasar para orang tua di Kelurahan Romanglompoa.

"Kami berharap program ini tidak hanya difokuskan kepada remaja perempuan, tetapi juga orang tua di kelurahan Romanglompoa, karena kami juga butuh edukasi terkait dengan perkawinan anak," tandas dia.

Tulis Komentar

(Tidak ditampilkan dikomentar)