maritimdotid@gmail.com
ASPEKSINDO

Dibangun di Era NA, Pelabuhan Bantaeng Tak Difungsikan Normal, Jadi Tempat Mancing dan Balap Liar

$rows[judul] Foto: Penampakan aktivitas warga yang sedang memancing di Dermaga Pelabuhan Bantaeng. (Istimewa)

Bantaeng - Pelabuhan penyeberangan yang dibangun di masa kepemimpinan Nurdin Abdullah (Mantan Bupati) di Bantaeng hingga kini belum difungsikan secara normal. Fasilitas transportasi laut itu, sejak pembangunannya rampung, hanya dijadikan sebagai tempat memancing oleh warga.

Pelabuhan itu terletak di Desa Bonto Jai, Kecamatan Bissapu, Kabupaten Bantaeng. Lokasinya yang dekat dengan perbatasan Kabupaten Jeneponto menjadikan tempat itu sangat strategis untuk dikunjungi.

Salah satu warga Desa Bonto Jai bernama Yahya memberikan keterangan terkait aktivitas apa saja yang kerap ia temui di pelabuhan itu, termasuk akses jalan di depannya yang dijadikan sebagai sarana balap liar oleh sekelompok orang. Di momen tertentu, seperti Ramadan, tempat itu juga menjadi salah satu tempat berkumpul pada waktu pagi dan sore hari.

"Pelabuhan itu dibangun sejak saya masih duduk di bangku SMP, masanya Nurdin Abdullah menjabat bupati periode pertama. Selama ini, sepanjang jalur di dermaga itu jadi tempat mancing, saya juga pernah ikutan," kata Yahya saat dikonfirmasi Maritim.news, Jumat (19/4/2024).

"Nah badan jalan di bagian depan itu, itu kan lurus, banyak anak-anak yang sering pakai balapan kalau Ramadan," imbuhnya.

Saat ditanyai soal fungsi utama pelabuhan, ia mengaku pernah melihat beberapa kapal pengangkut bahan-bahan bangunan yang bongkar muatan. Selain itu, meski tak pernah ia saksikan langsung, dia juga mendengar cerita dari beberapa tetangganya kalau satu waktu, ada salah satu kapal yang menurunkan penumpang di pelabuhan itu.

"Pernah itu ada singgah kapal tongkang, itu muatannya kerikil, dari mana datangnya, saya juga kurang tahu," tutur Yahya.

"Beberapa waktu lalu, tetangga cerita, kalau di pelabuhan itu pernah ada kapal yang turunkan orang-orang," tambahnya.


Soal Rumah Susun (Rusun) yang berada tepat di depan pelabuhan, Yahya belum bisa memberikan keterangan pasti, apakh gedung itu bagian dari pelabuhan atau tidak. Hanya saja, kata dia, sejak awal berdirinya, bangunan itu telah dihuni oleh beberapa warga setempat.

"Kalau Rusunawa sepertinya bukan bagian dari fasilitas pelabuhan, karena yang tempati itu orang disini juga. Ada beberapa orang yang datang dari luar lalu tinggal di situ, tapi ujung-ujungnya mereka jadi warga Desa Bonto Jai," tandas dia.

Tulis Komentar

(Tidak ditampilkan dikomentar)