maritimdotid@gmail.com
ASPEKSINDO

Buku Antologi Pelukan Ramadan, Ekspresi Spiritual Karya Dua Kader Muhammadiyah

$rows[judul] Foto: Buku Antologi Puisi Faris dan Nurul. (dok. pribadi)

Jakarta - Keren, dua kader muda Muhammadiyah, Fathan Faris Saputro dan Nurul Iftiasanti, meluncurkan antologi puisi bertajuk Pelukan Ramadan. Buku itu berisi refleksi spiritual dan pengalaman pribadi kedua penulis selama menjalani ibadah di bulan Ramadan 1445 Hijriah.

Diketahui, saat ini, Faris menjabat sebagai Koordinator Divisi Pustaka dan Informasi Majelis Pustaka Informasi (MPI) dan Digitalisasi Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan. Sementara itu, Nurul menjabat sebagai Ketua Bidang IMMawati Dewan Pimpinan Daerah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (DPD IMM) Kalimantan Tengah. Keduanya menuturkan perjalanan spiritual mereka melalui puisi-puisi dalam buku tersebut.

Keduanya menerbitkan tulisan mereka di Penerbit Eja. Buku yang berjudul ‘Pelukan Ramadan’ itu memuat sebanyak 99 puisi.

Bagi Faris, karya ini bukan yang pertama. Sebelumnya, ia telah menerbitkan sejumlah artikel dan buku berjudul Luwesitas IMM. Sementara bagi Nurul, buku antologi itu merupakan debutnya dalam bidang kepenulisan.

"Ini adalah buku pertama saya. Walaupun saya tidak memiliki latar belakang kepenulisan, kecintaan pada membaca mendorong saya untuk menulis puisi," kata Nurul, Rabu (11/9/2024).

Faris sendiri menyebut goresan-goresannya di dalam buku itu adalah usahanya dalam menangkap esensi Ramadan. Ia mengaku memperoleh banyak inspirasi dari hening malam di sepanjang bulan Ramadan yang menghadirkan kedamaian spiritual.

"Setiap puisi dalam buku ini lahir dari keheningan malam Ramadan, yang memberikan kedamaian fisik dan spiritual," ujar Faris.

Bulan suci Ramadan 1445 Hijriah lalu menjadi pengalaman yang mendalam bagi kedua penulis. Mereka berharap karyanya dapat menjadi pengingat bagi pembaca soal keindahan dan ketenangan Ramadan yang biasa terabaikan karena kesibukan dunia.

"Bulan suci Ramadan 1445 Hijriah menjadi pengalaman yang tak terlupakan. Setiap sahur dan tadarus menginspirasi lahirnya puisi-puisi ini, seolah ada cahaya yang menyelimuti setiap momen Ramadan." ungkap Faris.

Melalui buku itu juga, penulis ingin menunjukkan bahwa pengalaman spiritual dapat diabadikan dalam bentuk karya sastra. Mereka berharap buku ini dapat menginspirasi generasi muda untuk mendalami esensi ramadhan dan mengekspresikan nilai-nilai spiritual melalui puisi.

"Kami ingin buku ini mengajak pembaca untuk meresapi kembali makna Ramadan, yang penuh dengan keajaiban dan ketenangan," tandas Faris.

Tulis Komentar

(Tidak ditampilkan dikomentar)