Makassar - Mahasiswa Universitas Negeri Makassar (UNM) yang tergabung dalam Lembaga Kemahasiswaan Sejajar UNM kembali menggelar aksi demonstrasi di depan rektorat. Aksi demonstrasi ini dilakukan untuk menindaklanjuti problematika yang belum terselesaikan oleh pihak kampus UNM.
Pantauan di lokasi, Pukul 15.00 WITA, Kamis (11/7/2024) Massa aksi menutup jalur selatan Jalan AP Pettarani, Makassar. Aksi unjuk rasa dan blokade jalan itu membuat kendaraan mengular.
Ketua BEM UNM, Hasrul menjelaskan bahwa salah satu problematika yang mendesak untuk diselesaikan adalah belum diterbitkannya SK peninjauan UKT oleh pihak pimpinan kampus. Menurutnya, pimpinan kampus tidak bekerja sesuai dengan tupoksinya.
"Kami di lembaga kemahasiswaan sejajar Universitas Negeri Makassar tergabung beberapa fakultas hadir disini menindaklanjuti beberapa problematika yang hadir," ucap Hasrul kepada Maritim.news.
"Yang pertama persoalan SK peninjauan UKT hingga hari ini belum ada yang diterbitkan oleh pihak pimpinan Universitas Negeri Makassar yang notabene nya setiap semester di masa pembayaran UKT harus ditinjau terlebih dulu. Namun hingga kini belum ada," lanjut Hasrul.
Ia juga menyoroti kenaikan harga almamater yang dinilai tidak wajar. Perubahan harga dari Rp 175.000 menjadi Rp 250.000 dengan dalih peningkatan kualitas bahan dan jahitan dianggap tidak sepadan.
"Kenaikan harga almamater ini cukup signifikan, dari Rp 175.000 menjadi Rp 250.000, Alasan pihak kampus terkait peningkatan kualitas bahan dan jahitan kami rasa tidak sepadan dengan kenaikan harga yang begitu tinggi," ungkap dia.
Kendati demikian, pihaknya meminta pihak rektorat untuk meninjau kembali harga almamater dan memastikan kualitasnya sesuai dengan harga yang dibayarkan. Mereka juga meminta transparansi dalam penggunaan dana dari penjualan almamater.
"Namun setelah kami cross check, kami cari data dan riset untuk bandingkan almamater sebelumnya dan yang terbaru, ternyata lebih bagus almamater sebelumnya. Artinya alibi tentang kualitas ini terbantahkan dengan sendirinya," terangnya.
Hasrul menuntut peninjauan kembali harga almamater yang dinilai mahal. Ia menuding jika kenaikan harga almamater tidak sebanding dengan peningkatan mutu almamater.
"Namun setelah kami kroscek, kami cari data dan riset untuk bandingkan almamater sebelumnya dan yang terbaru, ternyata lebih bagus almamater sebelumnya," ujar dia.
"Artinya alibi tentang kualitas ini terbantahkan dengan sendirinya," tamba Hasrul.
Sebelumnya, Hasrul mengaku telah melakukan langkah-langkah alternatif seperti dialog dengan pihak rektorat. Namun, mereka merasa jawaban pihak pimpinan belum menunjukkan realisasi.
"Kami sudah melakukan langkah-langkah alternatif, seperti dialog interaktif dialog terbuka antara lembaga kemahasiswaan beserta rektor dan jajarannya," kata Hasrul
Mahasiswa Desak Kejelasan SK Peninjauan UKT dan Harga Almamater
"Kami meminta kejelasan mengenai secepatnya harus diterbitkan SK peninjauan UKT paling lambat pekan depan, ataukah bahkan besok harus diterbitkan itu SK," harap Hasrul.
Hasrul menyebut BEM UNM meminta agar kepemilikan almamater tidak diwajibkan bagi mahasiswa baru. Ia menyebut mahasiswa bisa saja memiliki almamater yang diturunkan dari keluarga.
"Dan yang kedua mengenai almamater tidak boleh diwajibkan kepada mahasiswa baru, karena bisa jadi ada keluarganya yang memiliki almamater bisa diturunkan," papar dia.
"Persoalan kejelasan harga almamater karena sudah ada pengumuman keluar bahwa harga almamater tetap Rp 175.000 akan tetapi ditambah dasi diwajibkan Rp 75.000 nah total keseluruhan sama saja Rp 250.000 nah ini adalah salah satu permainan dan saya anggap pengumuman pemenang sehingga ini yang perlu minta kejelasan dari pihak birokrasi," tutur Hasrul
Dengan demikian, ia mengancam akan kembali turun ke jalan jika tuntutan mereka tidak diindahkan. "Jika tuntutan kami tidak diindahkan kami akan senantiasa mengawal, jika hari ini kemudian tidak direalisasikan apa yang kami suarakan dalam waktu singkat maka kami akan kembali turun ke jalan dengan massa yang lebih banyak," tandas Hasrul.
Tulis Komentar