maritimdotid@gmail.com
ASPEKSINDO

Aksi Mahasiswa Unismuh Makassar Tuntut Penuntasan Kasus Pelanggaran HAM

$rows[judul] Foto: Mahasiswa FAI Unismuh Makassar aksi peringati September Hitam. (Muhammad Habib Harun/Maritim.news)

Makassar - Puluhan mahasiswa Lembaga Kemahasiswaan (LK) Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar menuntut pemerintah agar menuntaskan kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM). Salah satunya adalah pelanggaran HAM di era Jokowi yang dikenal dengan ‘September Hitam’.

Pantauan di lokasi, Selasa (7/9/2024) kemarin,  puluhan mahasiswa arak-arakan dari dalam kampus menuju panggung orasi Unismuh Makassar sekitar pukul 16.00 WITA. Massa aksi membawa properti unik berupa nisan bertuliskan ‘R.I.P HAM’ dan mengenakan pakaian serba hitam.

Setelah tiba di titik aksi, massa aksi berorasi secara bergantian. Selain orasi, beberapa massa aksi juga membacakan puisi, teatrikal dan menyanyikan lagu perjuangan.

Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FAI Unismuh, Fahrul Dason, menyebut aksi mahasiswa itu bertujuan mengingatkan publik agar tak lupa dengan pelanggaran HAM yang terjadi beberapa tahun terakhir. Ia menilai, Aksi sebagai refleksi tragedi kemanusiaan dan pelanggaran HAM yang belum terselesaikan.

"September Hitam adalah memuat catatan kelam kemanusian di bulan September yang sudah selayaknya kita, sebagai bangsa untuk merawat ingatan dan melawan lupa akan kejadian-kejadian yang terjadi di bulan ini," ucap Fahrul kepada Maritim.news.

Menurut dia, September Hitam adalah tanda ketidakadilan di negeri ini. Berbagai pelanggaran HAM berlalu tanpa proses hukum yang adil.

"Tentunya pemerintah perlu lebih menjamin hak-hak masyarakat, dan secara khusus menerangkan kasus-kasus pelanggaran HAM yang belum terungkap," ujar dia.

Karena itu, ia akan terus mengkampanyekan September Hitam sebagai simbol kejahatan pemerintah. Fahrul juga akan mengajak kelompok lain agar terlibat merawat ingatan publik soal tragedi tersebut.

"Kami di sini terus berjuang untuk masalah HAM yang hingga kini masih menjadi tanda tanya besar. Kami terus mengingat ketidakadilan yang belum sepenuhnya terselesaikan. Adanya peringatan September Hitam menjadi pemantik bagi teman-teman mahasiswa dan masyarakat umum untuk tidak lengah dalam memperjuangkan keadilan. Hitam adalah simbol duka bagi para aktivis yang nyawanya direnggut," ungkap dia.

Sebelumnya, Fahrul mengaku telah bertemu dengan lembaga eksekutif UNM dan UIN Alauddin Makassar. Pertemuan mereka bertujuan untuk menyatukan persepsi dan memperkuat gerakan moral.

"Sebelum teman-teman lembaga Se-Fakultas Agama Islam melakukan aksi hari ini, kami juga melakukan diskusi secara eksternal, yang dihadiri oleh Presma UNM dan Presma UIN Alauddin Makassar, kegiatan ini bagian dari menjahit gerakan di luar Sana, dan kami juga melakukan kajian isu sebagai bentuk menguatkan kembali internal," tandas dia.

Tulis Komentar

(Tidak ditampilkan dikomentar)